Beda Goa
Dirimu beruntung sekali terlahir dari pasangan bermahkota berlian. Tanpa meminta, pasti segera terwujud. Dengan ketukan lantang, segalanya terlaksana. Berbeda dengan diriku yang berlengan debu. Jangankan berhura-hura, memikul pangan saja masih separuh jari.
Dirimu yang terteduhkan materi, tak lah pernah menggentar badai. Berbeda dengan diriku yang memerisai sandang, hirau jikalau terbang. Kaca-kaca kesat mata menarik kilau matahari untuk rumahmu. Jangan bertanya mengenai rumahku karena ini gelap gulita. Dirimu tak lah asing meremuk uang. Toh, dagang usaha laris benar tak pernah luput dari enggannya hiruk pikuk pelanggan. Kalau diriku, menyaku lengan menimbun uang. Kebiasaan itu untuk masa kelak agar pikun berserak parau dari masa silam. Harapan seandainya keringanan tangan-tangan itu hendak tergerai.
Boro-boro menekan otak pakai lembar pengetahuan. Menekan entakan langkah saja, sudahlah cukup merangsang sakit enggan dikeluh. Kalau kamu, sudah kuketahui, giat sekali jemari itu berkutik merangkai langit. Halah, langit memang jauh, tapi belum ada apa-apanya sebelum raih angkasa.
Dirimu mengapa mengenakan sutera bak permata? Sudikah kamu untuk merias rupa saja setara primata? Jangankan menyudut pandang pada raga, teplek kaki pun bisa jadi diangkat ke lahan dewa. Lihat saja tumpukan angka bundar yang tercetak pada helai-helai uang itu, menjual jiwa dulu untuk dapat seperti dirimu.
Iya, diriku dan dirimu memang berbeda goa.
Comments
Post a Comment