Novel Review: 7 Days Waiting for Reincarnation

Hai, semua! Udah lama nggak nulis lagi. Hihi. Akhir-akhir ini memang lagi sibuk, sih. But, it's all only about priority. Ha-ha. Seperti yang tertera pada judul, aku mau review novel nih. Kali ini novelnya tuh beda daripada yang pernah aku baca sebelum-sebelumnya. Aku Turut bersuka ria atas ter-publish-nya novel ini. Yap! 7 Days Waiting For Reincarnation adalah novel yang ditulis oleh temanku sendiri namanya Erin. Wkwk. Ini serius. Dia tuh teman sekelasku di kampus. Bocahnya kecil imut-imut  gitu. Berkat novel ini, aku jadi lebih termotivasi untuk mengeluarkan karya serupa. Kapan ya, (merenungkan masa depan dalam hati) Yaudah lah, langsung aja review.

personal doc



Sinopsis

Bagaimana jadinya jika kita meninggal, lalu diberi kesempatan untuk menebus dosa kita? Dengan begitu, kita pun bisa terlahir kembali atau istilah kerennya adalah reinkarnasi. Peran utama adalah Reta. Seorang perempuan tinggal hanya berdua dengan adiknya setelah kedua orang tuanya meninggal. Suatu hari, di stasiun, dia melihat seseorang hendak bunuh diri di rel kereta api. Dengan mata kepala sendiri, dia melihat lelaki itu ditampias oleh kereta yang melaju kencang. Tujuh hari lamanya, Reta pun membantu arwah gentanyangan tersebut untuk menebus dosanya.

Itu dia sinopsisnya! Btw, sinopsis yang di atas itu aku tulis sendiri. Bukan berdasarkan sinopsis di cover belakang novel ini. Hihi. 

Yang membuat aku takjub dengan si Erin adalah pemikiran dia dengan mengembangkan ide yang tidak biasa sehingga membentuk jalan cerita yang tidak klise. Aku pribadi menyukai jalan cerita yang behubungan supernatural--yang bukan berarti horor--dan juga fantasi. Karena, dari genre yang seperti itu lah justru kita dapat membuat para pembaca kita tertarik. Namun, tidak selalu seperti itu juga, sih. Maksudnya, aku suka jalan ceritanya yang berhubungan dengan supernatural atau pun fantasi karena terkadang hal yang tidak masuk akal malah menjadi daya tarik. Walaupun, aku membuat para pembaca berpikir "Apaan sih, gak masuk akal! Gak jelas!" tapi, pada nyatanya, orang-orang akan berpikir bahwa itu menjadi sesuatu yang konyol. Nah! Seperti itu lah daya tarik novel ini.

Meski, genrenya supernatural. Namun, si Erin tetap memasukkan unsur drama dan komedinya begitu lekat. Karena, ya..., jalan pikiran remaja kan selalu aja gak jauh-jauh dari dua hal itu. Dan, aku rasa memang si Erin menyuguhkan buku ini memang untuk pasarnya anak remaja.

Tapi aku kezaall! Kenapa sih, Rin!! Ending-nya, harus kayak gitu. Kukira si Davin bakalan hidup kembali seperti lelaki dewasa dan jadinya sama Retaa! Ah nyebelin! Ending-nya nggak ketebak, sumpah! Selama membaca novel ini, aku selalu bertanya-tanya... "Terus kalau dia mau reinkarnasi, tubuhnya gimana, kan udah hancur ketabrak kereta." Pertanyaan itu selalu berkoar dalam pikiranku. Ternyata eh ternyataa..., aku nggak mau spoiler ah! Tetap sih, aku suka sama ide Erin dengan menyuguhkan ending seperti itu.

Yang bikin lucu lagi, ketika adegan tegang, tapi malah tetap disuguhkan unsur komedinya yang jadi terkesan garing, menurutku. Sumpah deh, gaya penulisannya si Erin memang Erin banget! Haha. Tapi, aku suka sih cara dia menulis menggunakan kata-kata yang sederhana, meski masih ada beberapa kata yang tidak benar penulisannya. Duh, sering-sering buka KBBI ya, Rin! Menurutku sih, itu jadi point minus. Mungkin, bagi orang awam mengenai sastra akan baik-baik saja mengenai hal itu. Tapi, bagi editor buku, misalnya? Menurutku, bisa jadi hal itu menjadi masalah. Lihat saja novelnya Dee Lestari atau Tere Liye.

Selain itu, yang aku kurang suka lagi sama novel ini adalah terlalu banyak menggunakan dialog dalam penjelasannya. Jadi terkesan terburu-buru ketika dalam proses penulisannya. Dan, mungkin benar kata Erin, jarak paragraf buku terlalu lebar sehingga ketika membaca terlalu cepat untuk lanjut ke halaman selanjutnya. Tapi, nggak terlalu jadi masalah sih mengenai penjarakan antar paragraf ini, menurutku. 

Sebelum aku membaca buku ini, Erin sempat bercerita juga sinopsis dari ceritanya, Aku pikir, peran utamanya akan dipegang oleh si Arwah yang ingin bereinkarnasi, tapi ketika baca halaman pertama ternyata tidak. Hal ini membuat sudut pandangnya terkesan sudut pandang orang pertama pelaku utama beralih menjadi sudut pandang orang pertama pengamat. Dilihat dari epilognya, yang mendominasi adalah penjelasan bagaimana akhir nasib dari si Arwah tersebut. Selain itu, bisa dilihat juga dari konflik ketika arwah tersebut menyelematkan nyawa seseorang yang mau meninggal, dari situ, Reta hanya mengamati dan mencari tahu.

Bagi orang yang masih baru-baru suka membaca novel, mungkin novel ini tepat. Karena, jalan ceritanya sederhana, kocak, dan tidak ketebak. Ditambah lagi jalan ceritanya yang tidak biasa--yap! sederhana, namun tidak klise. Pasti orang yang baru-baru suka baca novel bakalan suka dan terus membaca novel ini sampai ending tanpa istirahat karena tidak sabar dengan kelanjutannya. Aku pun, selama membaca novel ini sempat tertawa mulu karena memang kocak ceritanya. Dari cover depan, orang tidak akan menyangka bahwa novel ini adalah novel komedia. Malah lebih terkesan novel berat yang malesin, yang bikin otak remaja muter-muter--berpikir keras--selama membacanya. Geblek banget, habisnya ceritanya! Haha. Aku tetap suka sih, sama cover depannya. Mirip foto-foto di tumblr gitu. 

Oiya, hampir aja lupa. Quote-nya masih kurang. Remaja-remaja alay gitu kan suka banget sama quote romantis dan inspirasional gitu. Lihat aja account twitter yang isi timeline-nya quotes dari novel-novel ternama. Duh! Aku merasa tersanjung membaca buku yang dipinjamkan dari penulisnya langsung. Baru kali ini dipinjamkan buku dari seorang penulis. Wkwk. Senang punya teman yang sudah berhasil menghasilkan karya. Semangat terus ya, Erin! ;D

Intinya aku apresiasi banget sih, sama novel ini. Senang banget punya teman penulis. Kayak Yeay! temen gue jadi penulis! ;D

Btw, FYI: Novel ini tidak dijual di toko buku offline, melainkan dijual dan diterbitkan dari NulisBuku.com 

Comments

Popular Posts