The Letters She Left for Us, "Habis Gelap Terbitlah Terang; Door Duisternis tot Licht" by R. A. Kartini

Good morning, people... good morning world... good morning universe.. heheh.. how is going on? ahh, akhirnya aku bisa ngeblog lagii.. kali ini aku mau membahas mengenai buku R.A. Kartini. Yup! Ibu kita kartini, putri sejati.. putri yang mulia.. harum namanya.. kalau berdasarkan lirik lagu. Sejujurnya aku belum selesai baca buku ini baru sampai halaman 400, but ya.. aku nggak sabaran aja pengin catat berbagai hal penting yang aku dapat selama baca buku ini di blog ku. Hal-hal yang sering kali aku pikirkan, dan...uhh, ternyata pemikiranku sama seperti R. A. Kartini, seneng sekaliiii... heheh.

Bukunya lumayan tebal, ada 500 halaman. Uh, dan aku bener-bener nggak pernah menyesal telah membeli buku ini di bazar Gramedia. Walaupun aku bacanya mood-moodtan, tapi aku cukup cepat baca buku ini. Buku ini sebenarnya berisi surat-surat kartini yang sangat menginspirasi wanita-wanita Indonesia, yup! udah tertera ya, pada cover depan bukunya. Surat-surat yang dia kirim ke sahabat-sahabatnya yang nggak cuma orang bumiputera, melainkan juga banyak orang Belandanya.


Poin terpenting yang paling aku simak dari buku ini adalah mengenai mimpi. Yes; Dreams.

Seperti di liriknya "sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia" She is!

Aku mengenal Kartini dari buku ini. Dan aku merasa sangat terinspirasi. Kartini merupakan tipe orang yang sangat idealis, sangat keras kepala, mempunya banyak sekali argumen sehingga mampu untuk menantang segala hal. Salah satunya yang dibahas pada bab awal buku ini adalah mengenai adat istiadat. Kartini adalah keturunan Jawa. Dia mengaku di buku ini bahwa dia tidak suka dengan adat istiadat Jawa yang mesti mencium kaki kerabat yang dihormati, atau adik yang mesti menunduk ketika melewati Kakaknya. Hmm, menarik pikirku. Ternyata Kartini tidak selembut di pikiranku, dia orang yang sangat keras. Bahkan di lingkungannya dicap sebagai anak yang tidak punya santun.

Sebenarnya bukan tidak memiliki santun melainkan Kartini mempunya pemikiran yang tidak tertutup. Dia selalu membaca buku lebih dari sekali, dia selalu berusaha untuk memahami buku-buku itu. DIa menguasai Bahasa Belanda tapi tidak boleh dipakai. Dia bercita-cita berjalan-jalan ke Eropa. Jadi, memang orang jaman dulu itu sangat closed-minded. Dan dia benci akan hal itu,

Kartini ingin sekali berkenalan dengan "gadis modern" yang berani, dapat berdiri sendiri, sangat mengasyikkan, mampu berjuang untuk masyarakat luas, membuat kemajuan. Itulah yang dia pikirkan. Kartini menyukai pola pikiran orang eropa yang lebih terbuka, oleh karena itu dia ingin ke Eropa, supaya bisa belajar menjadi lebih berpendidikan, kemudian menggiring ilmu itu ke Bumiputra. That's what i get from this book.

Yang sempat membuatku cekikikan adalah ketika dia menyebut bahwa dia ingin sekali memberantas sifat egois laki-laki. Laki-laki adalah biang penderitaan perempuan. Lucu sekalii. Buku ini sebenarnya fun banget, nggak berat seperti wujud fisiknya, omg! Kartini ingin sekali agar perempuan tuh gak goblok, simple-nya kayak gitu. Logikanya begini, perempuan akan menjadi seorang ibu. Ibu adalah sosok pertama yang sangat erat batinnya dengan seorang anak, alias penerus bangsa. Gimana caranya supaya bangsa ini maju kalau yang mendidik anak ini aja nggak pinter, nggak berpendidikan. Oleh karena itu, kita perlu sekolah. Perempuan perlu sekolah, perlu menjadi open-minded. O my god, i love this thoughts so much!

Jadi, ketika perempuan dinyinyir jangan sekolah tinggi-tinggi segala macam, nanti dapet jodohnya susah.. halah..! banyak cowok minder--goblok--ya zaman sekarang!?

She is an artist! Itu yang tidak aku sangka. Dia suka sekali seni. Dia mengagumi bangsa lewat kesenian. Adiknya, Roekmini, adalah seorang pelukis. Dan dia sangat mencintai karya-karya seni anak negeri, meski sering kali dihina. Dia benci ketika orang eropa yang memeras seniman-seniman lokal untuk keuntungan kantornya sendiri. Yang lucu adalah ketika dia bercerita sedang belajar bernyanyi, tapi bukan nyanyian riang gembira. Pernahkah kamu dengarn bangsa bernyanyi riang gembira? Gamelan aja nggak pernah riang gembira. What? Haha.

Sehabis Gelap Terbitlah Terang. Asal usul di balik terciptanya judul buku ini adalah ketika Kartini bertemu dengan seorang tua, tempat dia meminta bunga yang bisa berkembang dalam hati. Aku gak tau orang tua itu siapa, dia nggak menjelaskan. Sudah banyak bunga yang diberikan orang tua itu kepada Kartini, tapi dia meminta lebih, Karena tidak ingin memperoleh bunga itu secara cuma-cuma, dia bertanya-tanya "bunga itu harus saya bayar dengan apa?"

Dan dengan sangat sungguh-sungguh terdengarlah orang tua itu berkata, "Berpuasalah satu hari satu malam dan jangan tidur selama itu, juga harus mengasingkan diri dari tempat yang sunyi sepi.

Habis malam datanglah cahaya.
Habis topan datanglah reda,
Habis juang datanglah mulia,
Habis duka datanglah suka."

Tidak ada cahaya yang tidak didahului oleh gelap. Pahamkan maksudnya? Ini simple loh!

Okay.. mari simpulkan, sebenarnya Kartini hanya ingin membantu. Rasanya menyenangkan sekali ketika kita mampu membantu seseorang, ketika kita dapat membuat orang lain tersenyum. She wanted people of this state to learn. To go to school! Terkadang menjadi egois itu memang penting, kita perlu menantang peraturan yang tidak benar. Karena zaman dulu, memang perempuan tidak diperkenankan untuk sekolah. Kita perlu berargumen, oleh karena itu kita perlu menjadi pintar. Semua ini demi kemajuan negeri!

Unannounced thoughts of hers; yet never to be late..

"...kemenangan yang terindah dan tersulit bagi manusia ialah kemenangan atas diri sendiri . Kami tidak dapat dan tidak mau percaya jika laki-laki yang mencintai ibunya dengan sepenuh jiwanya kelak dapat berubah menjadi jahat. Bagi saya hal itu sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Seorang lelaki yang menjadi teman setia saudara-saudara perempuannya bukanlah orang yang jelek, dan persahabatan yang tidak dibangun atas kejujuran bukanlah persahabatan sejati--yang seperti itu pasti rapuh.

Memiliki pengaruh memang sangat menyenangkan, tetapi di samping itu juga menakutkan sekali! kadang-kadang memang sulit untuk menentukan mana yang baik berhenti dan yang jahat mulai.

Aduhai kerap kali hati kami benar-benar ridu kepada orang-orang yang berjiwa sederhana itu. kami tidak akan mengusik kesederhanaan mereka. Kami tidak akan mengajar mereka mengenal bentuk kehiduan lain. Kami akan membiarkan mereka tetap sederhana memperhatikan akhlaknya. Kami hanyalah hendak mencoba mengadakan perubahan di tempat-tempat di mana adat kebiasaan bertentang dengan dasar kasih Sayang.

Renggutlah tanaman yang merambat itu dari benda yang dipeluk mesra dengan seribu tangannya, maka tanaman itu akan terkulai. Segala kehidupan yang terpancar dari tanamn itu akan sirna. Membutuhkan waktu yang lama sebelum tanaman itu tumbuh lagi. 

Pendapat lama yang turun-menurun tidak digeser begitu saja untuk memberi tempat kepada pikiran-pikiran baru.

Yang lama itu berkuasa, di tempat dia dijunjung tinggi oleh seluruh negeri. Tetapi pendirian yang sedar dan baru akan menang. Dari kematian akan bangkit hidup baru! Hidup baru ini tidak dapat dipadamkan. Dan walaupun sekarang berhasil dipadamkan, besok akan berkembang dan terus-menerus bertambah kuat dan sentosa." - Halaman 464

Comments

Popular Posts