Bulan by Tere Liye


Hei!! Saatnya review novel! Hihi... udah lama banget rasanya nggak review novel. Ya.. mau gimana lagi, aku lagi males baca novel, aku lagi suka baca buku yang selain novel. Pengin baca yang agak lebih berat sih sih, buat brainstorming. Hihi..

Sebenarnya untuk mereview novel Bulannya Tere Liye ini agak terlambat banget sih! Aku bahkan kalah sama sepupu ku yang masih kelas 5 SD, tapi udah baca sampai yang Bintang, hiks... aku baca bulan aja baru selesai awal bulan ini. Review nya baru sekarang.

Langsung aja lah ya...

[SINOPSIS]
Raib, Ali dan Seli kembali berpetualang menyelamatkan dunia paralel. Kali ini di negeri Klan Matahari. Tamus hendak bangkit kembali, Miss Selena dan Av meminta mereka untuk ikut menjalankan misi ini, meminta klan matahari agar bisa bekerja sama dengan klan Bulan mencegah rancana jahat Tamus.

[DESAIN]
Jujur aja aku kurang suka sama kombinasi warna desian covernya. Tapi, cukup untuk merefleksikan ceritanya. Menurutku mungkin akan lebih menarik kalau ada ilustrasinya, mengingat ini adalah novel petualangan.  Satu-satunya yang paling aku suka dari visual buku ini, adalah peta  Klan Matahari di halaman belakang buku.


[GAYA PENULISAN]
Aku akuin, bahwa gaya penulisan Tere Liye memang sangat sederhana. Sangat mudah dimengerti. Tidak salah jika sepupuku yang masih SD pun, suka sama bukunya. Penggambaran latarnya juga udah jelas banget, padahal banyak sekali adegan fantasinya, yang menurutku adegan fantasi itu agak sulit untuk digambarkan dalam kata-kata. Sungguh imajinasi yang luar biasa Tere Liye.

Novel ini walaupun fantasi, tapi sangat ringan. Salah satu faktor pendukung kenapa aku bilang novel ini sangat ringan, ya karena gaya penulisannya Tere Liye. Majas yang dramatis aja jarang banget ditonjolkan, kecuali ketika menggambarkan pelataran, karena setiap kalimat, setiap paragraf lebih banyak menggambarkan adegan-adegan ceritanya. Sepertinya kalau aku jadi Tere Liye juga akan seperti itu, supaya mudah dimengerti, mengingat banyak orang Indonesia yang loadingnya lama. Haha

EYD-nya juga jernih banget. Sampai aku merasa bahwa tokoh-tokohnya itu bukanlah anak-anak SMA, melainkan anak-anak SMP. Ini sih minusnya menurutku. Itulah kenapa, mungkin novel ini juga disukai sama anak-anak SD, seperti sepupuku.

Overall, aku suka sama gaya penulisannya Tere Liye


[CERITA]
Nah, poin ini nih yang pengin banyak aku komentar, hehe...

Menurutku untuk cerita fantasi versi Indonesia, udah bagus. Jujur aja jarang banget penulis Indonesia yang bikin gaya cerita seperti ini; petualangan.

Aku enjoy baca ceritanya, tapi..., menurutku resolusi konflik ceritanya masih monoton. Untuk dibaca ketika kedaan stress oke banget, karena sekali lagi, ini bacaan ringan. Tapi, ya itu, untuk seumuranku, aku merasa kurang pantas untuk baca buku ini. Jalan ceritanya menurutku kurang menegangkan. Masih terlalu kekanak-kanakan. Kalau dibandingi sama Harry Potter, minusnya adalah.. cerita ini seperti dongeng mau tidur. Mungkin setara sama Harry Potter sekuel pertama, di mana tokoh-tokohnya masih anak-anak kecil.

As is said before, tokoh-tokoh di cerita ini udah SMA loh!

Adegan-adegannya udah bagus. Aku suka cara Tere Liye membuat peta, menggiring tokoh-tokohnya ke latar-latar yang menurutku tidak biasa. SAngat kreatif. Adegan petualangan biasanya lurus aja jalan misinya, tapi ini enggak. Menurutku latar-latar tempat mereka berpetualang, digiring ke sana, digiring ke sini, sangat unik. Menarik. Endingnya juga bagus banget, aku akuin. AKu nggak nyangka ending-nya bakal kayak gitu.

Sayangnya ketika masih introduction, aku kurang paham, sebenarnya misi utama mereka ini apa bersama Miss Selena dan Av? konfliknya tuh apa? Alasan mereka untuk dibawa ke klan matahari tuh apa? Kurang jelas aja menurutku, karena hanya dijelaskan lewat pembicaraannya bareng Miss Selena. Katanya Tamus hendak bangkit kembali, tapi nggak ada bukti akurat bahwa dia akan kembali. 

Teka-teki dalam petualangan mereka juga smart. Tapi, cara mereka memecahkan teka-teki tersebut ya itu.., monoton. Gitu-gitu aja. Mereka dapet petunjuk dari penduduk klan matahari, terus Raib yang punya kekuatan bisa berbicara dengan alam, dan terus kayak gitu sampai akhir. Ini yang membuat aku agak bosan selama membaca buku ini, dan rasanya pengin cepet selesai aja. Untungnya kebayar sama endingnya yang bagus banget.

Terus..., nama-nama tokohnya unik banget, walaupun sebenarnya rada menjadi beban bagi pembaca. Haha. Kreatif, tapi terkesan memaksakan. Tiga kata bersajak identik, tapi akhir-akhirnya nama panggilannya pakai satu kata pertama aja. Aku kayak nya nggak akan kepikiran bikin nama tokoh dengan tiga kata gitu dengan tiga sajak yang identik iramanya. Haha

Konfliknya... kurang dramatis, terlalu banyak komedi garingnya. Mungkin kalau ada bumbu-bumbu percintaan akan lebih sedap lagi. Semoga ada di buku ketiga. Jujur aku lebih suka bukunya yang pertama, yang Bumi. Bulan menurutku konfliknya kurang menegangkan, kurang oke.

Terus... judulnya! Kenapa judulnya Bulan? Menurutku konflik sama judulnya nggak ada sinkron. Haduh, plis banget tolong jelasin kalau ada yang paham, beri aku alasan. Atau... karena si Raib yang menjadi sentral dari resolusi konflik di ending cerita? Hm... probably?

Okay, mungkin itu aja review ku. Jujur aja aku bingung mau review novel ini kayak gimana lagi. Karena menurutku, novel ini memang bagus banget, dan memang susah dicari kekurangannya. Semoga bermanfaat :)




Comments

Popular Posts