Sajakku tentang Indonesia agar Kamu Terpesona


Di atas bumi pertiwi, saudara mugil tlah hadir
Ia menangis membanjiri tangan yang berdarah
Menggiring riang di dalam kelabu
Ialah kaum kini, anak dari kuda-kuda tangguh pejuang negeri

Yakni kitalah sendiri

Beribu daratan dari sabang ke merauke
Khatulistiwa terangkai pola pancasila
Titik-titik kota, kabupaten, desa
Berlikuk pada jalan berlikuk nan panjang
Di sana bangsa merajut aneka cerita

Aneka khayal menerjang laut mencapai horizon
Lebih jauh dari kapal yang sedang berkelana
Membawa kalbu yang merona ketika disentuh
Banyak nyali telah berdebu

Bisik-bisik pertanyaan disampaikan kepada bintang
Serta raga yang melawan ombak hingga sekarat
Namun mereka menempuh jalur yang sama, bhineka tunggal ika

Hayati sajakku tentang Indonesia
Maka kamu akan jungkir balik terpesona

Pancaran gairah pagi
adalah langkah awal untuk raih mimpi
Kugenggam hangat kawan
Hei, satu telah tertanam untuk menara merdeka
Ototku, napas engahku kuberi
Demi sentosa merah putih yang melangit
Matahari menyinari rentetan warna,
Kreasi khas jelita milik pertiwi

Tutur sastra tertumpang tindih
Amboi! Tak kan putus jaringan antar suku
Elok tarinya, ramayana berekspresi
Tatapan menghipnotis jiwa-jiwa suci
Sedangkan wayang melagu, satu, dua, tiga
"Indonesia tanah air beta, pusaka, abadi, dan jaya"
Merengkuh, panggung alam semesta terpana
Batik, kain mahsyur keramat
Terbang bersama angin lompati merapi
Mengarungi samudera

Shh, dengar..

Terompet riuh lantang
Kuundang kau mari bangun singgasana
Satu permadani, satu takhta Indonesia
Di bukit hulu sana

Akan tetapi, kita hanya mampu merakit
Karena berat, Indonesiaku
Ia bukan kerikil yang kita himpun
Bukan pula polusi yang kita hirup
Ia adalah seonggok harta

Sejak bajak laut angkat pedang
Pahlawan mengasah bambu
Sembari diiringi nyanyi burung hantu
Perisai adalah akal, ikrar, dan doa
Hari ini, garuda menantang dunia

73 tahun Indonesia terlampau lawas
Kering kerontang para jelata
Murid jemu oleh pekat di sekolah
Mengandung racun dasi bangsa berpangkat

Ulurkan tanganmu. silaukan pelita cinta
Sapa Sang Waktu agar kita bahagia
Kemana perginya para kancil?
Kalau begitu, beranilah maju Pitung pemberani
Cepat rampas kembali keajaiban kita!

Karsa dulur sepanjang masa
Terus subur, surga Nusantara

This poem is made due to poem creation competition by Event Hunter Indonesia 2018. I'm failed..

Comments

Popular Posts