I Adore The Phrases from Dear Tomorrow by Maudy Ayunda

Selamat pagi semuanya...
Akhirnya jadi juga nulis post tentang buku ini..
Well, ini bukan buku yang seperti biasanya aku baca, such as novels, sastra, sejarah, dll. Ini lebih ke non-fiksi, tapi lebih ke self-improvement juga.

Nah, kalau model buku-buku kayak gini, nggak akan aku review. AKu cuma bakal mencatat di blog ini, apa aja yang aku dapetin dari buku tersebut. What i've learned from this book.


So, what i loved from this book, selain covernya yang sangat elegan. Ini buku full english, aku suka banget kalau baca buku full english, karena berasa pinter. Hehe. Buku ini berisi tentang isi pikiran Maudy Ayunda, dan aku ngefans banget sama dia. She's my inspirator somehow. Makanya aku beli buku ini.

Ada point yang dijelaskan Maudy dalam buku ini. Nggak dijelaskan sih, lebih tepatnya perspektif Maudy mengenai empat hal: being yourself, dreams, love, and mindsets. Which i always think about

Aku akan nulis post ini secara acak, maksudnya, nggak sesuai dengan urutan poin-point tersebut. Aku.. berceloteh aja yaw!

Maudy mengutip kalimatnya Gary Keller dari buku THE ONE THING. It's written, "... he spoke about people's tendency in wanting to get everything done in a day. He warned that this can be counterproductive." Jadi intinya adalah ketika kita ingin melakukan segala sesuatunya dalam satu waktu, maka akan menjadi counterprouctive. Maksudnya, apa yang kita lakukan, akan mengurangi tingkat produktifitas.

Kemudian, Maudy menjelaskan lagi, bahwa apa yang dia lakukan bukan multitasking, melainkan task-alternating. Memang sih, apa yang kita lakukan semuanya telah selesai. Tapi, bukan itu intinya. Kita memang menyelesaikan segala hal, tapi kita gak enjoy sama proses kegiatan tersebut. Kita hanya ingin buru-buru menyelesaikan kegiatan tsb, supaya bisa langsung pindah ke kegiatan lagi (alternatif); Mengurangi tingkat produktifitas.


Banyak sekali quotes di buku ini. I adore phrases so much! Jadi aku lumayan suka baca-baca quotes english kayak gini.

Hal penting lain yang lain yang juga sangat aku ingat dari buku ini adalah mengenai "changes"; perubahan. Kalau kita nggak berubah, kita nggak akan jadi leih baik. Kalau kita nggak berubah, artinya nggak hidup. Ngapain hidup, kalau nggak ada perubahan dalam diri kita?

"Frankly, i think a lack of growth is a so much scarier. Take risks, instead."

Kalimat terakhir: take risks. Ini yang selalu aku pikiran. Like "oke kalau gue nggak ambil risiko, hidup gue bakal gini-gini aja. Nggak ada yang seru." Intinya aku nggak akan dapet pengalaman baru. Jadi intinya adalah ketika kita melihat kesempatan, mendapat kesempatan untuk melakukan sesuatu, then just do it! Lo bakal nyesel nantinya kalau kesempatan itu nggak diambil.

Well, for me... tetap tergantung sih! Maksudnya kalau kesempatan itu support mimpi-mimpiku, kesukaanku, dan rasa penasaranku besar, i'll take it somehow! Tapi, kalau nggak ada alasan bagi aku untuk mengambil kesempatan tsb, i won't take it.

Tapi, di buku ini dijelaskan bahwa, menjadi diri kita, staying in our comfort zone sebenarnya bisa berbahaya untuk kepuasan diri sendiri.Intinya kita jadi gak mau grow. But, i still... aku tetap mempertimbangkan terlebih dahulu kesempatan-kesempatan tsb.


Hal lain yang aku pelajari dari buku ini... adalah mengenai sometimes it's okay to be selfish. begini penjelasannya..., ketika kita ingin membahagiakan seseorang. Kita ingin membahagiakan seseorang, kita ingin melakukan apa yang membuat orang tsb--orang yang kita sayang, maybe? Bahagia-- tapi kita nggak suka sama hal tersebut sebenarnya. The question was "does this really made them happy?" apakah orang lain itu sungguh bahagia ketika setelah kita melakukan hal tersebut? kita berkorban, tapi kalau ternyata dia nggak bahagia? atau simply means merasa biasa aja....?

Nggak semua orang sensitive.

Kita harus melakukan sesuatu yang kita suka. Ketika nggak suka, just say no. Pun, kalau kita memang mesti melakukan hal tsb, misalnya kita kalah voting dalam suatu komunitas, just accept it. Maksudnya, dari pengalamanku... ketika nobody supports me, aku kalah voting, aku bakal dengan tulus menerima pendapat mereka. Mungkin mereka memang benar. Tapi, tetap harus dipikirkan lagi, apakah mereka sungguh benar? Jika di pikiran kita, masih mengganjal perasaan, bahwa mereka sungguh tidak benar, maka kita mesti buktikan bahwa mereka sebenarnya salah. Itu adalah pelajaran yang akhir-akhir ini sangat aku alami, dan aku renungi. Ini nyebelin banget.

Jadi intinya adalah, ketika kita bahagia, maka orang lain juga bahagia. They could feel you.

"the more you can take care of yourself, the more you can take care of others." - Dear Tomorrow



Kemudian, di Indonesia... baper itu disebut sifat yang jelek. Tapi sebenarnya definisi dari baper sendiri adalah... terlalu sensitif, terlalu peka, terbawa perasaan. Dan, menurutku nggak ada salahnya kok menjadi baper. Di buku ini juga sempet dibahas. Sebenarnya ini bukan baper dalam artian jelek. Pikir aja secara logis, misalnya ketika kita melihat kucing ketabrak motor/mobil, apa yang kita rasakan? Sedih pastinya. Tapi, nggak semua orang kan merasa sedih? Cuma orang-orang baper yang merasa sedih. Well, itu perasaan empati and that is a good feeling.

Bagaimana cara kita tahu ketika orang lain sarkas ke kita kalau kita gak sensitif or well known as "baper"?

Kembali lagi mengenai "changes." ada satu quotes di buku ini yang sangat menarik perhatianku

Mind blowing realities:
"It is not the strongest of the species that survive, not the most inteligent, but the one most responsive to change."

It's like.. oh okay, gue nggak perlu terlalu pintar, nggak perlu terlalu kuat atau berani untuk melawan seseorang. It is only about changes. Pada dasarnya adalah, kita harus peka kepada diri kita sendiri bahwa we stil, and never still good anough. So we need to change.

Segitu dulu catatanku. Menurutku, buku ini worth it buat dibeli. Dan, perlu dibaca, like some times. Jangan cuma sekali baca karena buku ini sangat memberikan perspective baru untuk diri kita, dan kita nggak boleh lupa sama perspective2 tsb, jadi perlu dibaca. dan ini bacaan ringan banget. Jadi, kalau lagi stress, lagi bosan, nggak ada kerjaan, buku ini bisa banget sih nemenin kita ;)




Comments

Popular Posts