Most Mind-Blowing Realities I Catch from "The Subtle Art of Not Giving A F*ck" by Mark Manson
Menjadi masa bodoh
Pemikiran bodo amat, terdengar kasar dan jahat, berubah menjadi sebuah pemikiran yang improve diri kita dalam menghadapi kehidupan. Bodo amat menjadi kata yang aku pegang teguh, dan aku tidak merasa bersalah lagi untuk berpikir bodo amat atau cuek. This isn't about perilaku acuh tak acuh. Completely different.
Pada bab pertama buku ini, akan dijelaskan secara detil why we must behave like we don't care at all. Menjadi masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Tapi.., tidak se-simple itu--Akan dijelaskan pada chapter "don't be special". Definisi acuh tak acuh? dijelaskan dalam buku ini, sikap acuh tak acuh berarti mereka yang lemah dan ciut hatinya; mereka yang tergolong "couch potatoes".
Orang-orang couch potatoes juga terkadang bersikap seolah masa bodoh, tapi nyatanya mereka masa bodoh karena mereka rewel. Mereka risau pada orang-orang yang mengomentari dirinya. Kemudian, kesal, berusaha terlihat sempurna agar bisa menutupi keburukan yang dikomentari orang lain tersebut.
Coba kalau kita masa bodoh? Berani untuk mengikuti kata hati kita. Senang dan giat dengan rutinitas kita. Bodo amat kata orang. Mau gue salah kek, bener kek, menang, kalah. Bukan itu value yang sesungguhnya.
Itulah kuncinya; adalah kita bisa menerima bahwa dunia ini benar-benar keparat and that is okay. And it'd always does.
Ada fakta ironis yang dijelaskan dalam buku ini. It did quiet blew my mind! Kita tidak perlu benar-benar berusaha. Pengarahan pemikiran pada hal-hal positif ini; tentang apa yang lebih baik, apa yang lebih unggul hanya akan mengingatkan diri kita lagi dan lagi tentang kegagalan kita, kekurangan kita, apa yang seharusnya kita lakukan namun gagal kita wujudkan. Begini, kalau kita sadar bahwa kita udah bahagia, nggak perlu, kan, setiap pagi bilang di depan cermin kalau dia bahagia. "Stay happy, stay healthy." Mengingatkanku pada kebiasaan yang dianggap positif, seperti setiap hari bilang di cermin "You are beautiful" Ngerti nggak poinnya? Udahla, pede aja.
Values of Life
What story i really catch, adalah mengenai seorang gitar heavy metal terkenal dunia. Dave Munstaine. Dia pernah ditendang dari band-nya. Kemudian bertekad untuk menjadi musisi yang jauh lebih hebat dari band tersebut. Dia mengabdikan dirinya kepada musik heavy-metal dan membuat band sendiri, Megadeath. Dianggap band heavy-metal legendaris. Dianggap musisi paling berpengaruh dan paling brilian dalam sejarah musik heavy-metal. Menggelar lebih dari 25 juta album, dan menggelar tour ke seluruh dunia. Sayangnya band yang dulu menendang dia adalah Metallica, yang menjual 180 juta kopi album di seluruh dunia.
Dengan kesuksesan seperti itu saja, Munstain masih menganggap dirinya gagal. Karena dia mengukur nilai dia itu dengan mengalahkan Metallica, sedangkan fans nya seluruh dunia mengukur Munstaine berbeda.
Jadi intinya, jangan berusaha. Do what you love, love what you do. Don't think about awards, winning or losing. Just do it!
Page 85 |
Bad values:
Kenikmatan, kesuksesan material, selalu benar, tetap positif. Yang terakhir ni rada gimanaaa gitu.. tapi di buku ini dijelaskan: emosi negatif adalah satu komponen kesehatan emosional yang harus ada. Menyangkal sisi negatif, sama dengan mengekalkan masalah, bukannya menyelesaikan. Tapi katanya sesuatu terjadi berdasarkan apa yang kita pikirkan. Tapi, yaudahla be logic! Satu lagi popularitas. Ketika merasa terkenal atau tidak terkenal, pada nyatanya kita benar-benar tidak punya petunjuk apa yang dipikirkan orang lain terhadap kita.
Good values: kejujuran inovasi, membela diri sendiri, membela orang lain, penghargaan diri, rasa ingin tahu, amal, kerendahan hari, kreativitas.
Bedanya:
Bad values: tahayul, merusak secara sosial, dan tidak dapat dikendalikan, berasal dari faktor eksternal
good values: based on reality, membangun secara sosial, dapat dikendalikan, berasal dari faktor internal.
Don't be special
Karena kenyataannya adalah kita tidak pernah menjadi istimewa. Sekadar merasa bahagia atas diri sendiri, tidak berarti apa-apa. Kecuali punya satu alasan yang sangat bagus untuk merasa istimewa atas diri sendiri. Maksudnya begini, ketika kita merasa bahwa kita beruntung. bahwa kita bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah. Kita akan mulai meningkatkan kepercayaan diri pada level delusional. Karena pada nyatanya, mereka tidak seistimewa itu. Mereka menjadi narsis, menganggap orang lain di bawah mereka. Nyatnya, kegagalan sungguh berguna untuk menciptakan pribadi yang tangguh dan sukses. Get the point?
There's no such thing as personal problem. Ketika punya masalah, ada peluang jutaan orang lain memiliki masalah yang sama. Entah dulu, sekarang, atau besok. Bisa jadi stranger, friends, relatives. You're not the only victim. Again, only as simple as you are not special.
Sebagian besar dari kita bisa dikategorikan "biasa-biasa saja" pada hampir semua bidang. Bahkan meski istimewa pada suatu hal, kemungkinan yang ada adalah bahwa kita di tengah-tengah atau di bawah rata-rata pada bidang lainnya. Seperti itulah kodrat kehidupan. Agar bisa luar biasa pada suatu bidang. There's no other way, than dedicating our energy and times to achieve it!
page 70 |
Jadi rata-rata malah dianggap standar baru kegagalan. Banyak orang takut menerima diri mereka yang sedang-sedang saja karena mereka yakin bahwa jika mereka menerimanya, mereka tidak akan pernah mencapai apa pun. Tidak pernah berubah jadi lebih baik, dan hidup mereka tidak akan memiliki arti: Pemikiran yang berbahaya.
The fact is: orang-orang sukses, berhasil pro pada bidangnya bukan karena mereka mikir bahwa mereka istimewa. Malah sebaliknya. They have obssession of fixing theirselves over and over again.
Ask yourself about question which makes you feel bad. Semakin tidak nyaman sebuah jawaban, semakin itu mendekati kenyataan.
It's Okay to make mistake. Everybody does.
It's easy untuk diam aja dalam keyakinan yang menyakitkan bahwa tidak ada seorang pun yang akan tertarik pada kita, bahwa tidak ada seorang pun yang menghargai talenta kita, daripada benar-benar menguji keyakinan tersebut dan menemukan jawaban yang paling tepat. Keyakinan ini: bahwa saya tidak cukup menarik, tidak perlu gusar. Atau teman kita yang terlalu fake, jadi bodo amat!
Akhirnya kita berasumsi bahwa kita selalu benar. Maksudnya dengan bodo amat, bukan berarti kita benar-benar tidak memperbaiki diri. Bodo amat berarti kita paham bahwa orang lain juga tidak cukup sempurna. Bodo amat bukan berarti kita tahu betul ending akan seperti apa. Baca halaman berikut.
page 139 |
Sesuatu yang aneh, tapi nyata: kita tidak benar-benar tahu mana yang disebut pengalaman positif dan mana yang negatif, Beberapa momen yang sulit dan penuh tekanan dalam kehidupan kita berubah menjadi sesuatu yang sangat membangun dan memotivasi.
Otak kita adalah mesin makna. Yang kita maksud dengan "makna" adalah produk atau hasil asosiasi yang dilakukan otak kita terhadap dua pengalaman atau lebih. Pikiran terus berputar, menghasilkan banyak dan semakin banyak asosiasi untuk membantu kita memahami dan mengendalikan lingkungan. Baik internal maupun eksternal, menghasilkan asosiasi dan hubungan baru dalam benak kita.
Tapi ada dua masalah:
1. Otak kita tidak sempurna. Kita sering keliru melihat dan mendengar sesuatu. Kita lupa tentang banyak hal. Dan mudah keliru menafsirkan suatu peristiwa.
2. Begitu menciptakan sebuah makna bagi diri kita sendiri, otak kita dirancang untuk mempertahankannya. Kita condong berprasangka terhadap makna yang telah dibuat oleh pikiran kita, dan tidak mau melepaskannya. Bahkan jika kita melihat bukti yang bertentangan dengan makna yang kita ciptakan, sering mengabaikannya, dan tetap meyakininya apa pun yang terjadi,
Pangkal dari semua ini: sebagian besar keyakinan kita keliru. Semua salah. Pikiran manusia adalah ketidakakuratan yang campur aduk. Dan meskipun ini membuat kita menjadi tidak nyaman, ini merupakan konsep yang sangat penting untuk diterima.
Konsep seperti ini mengingatkanku pada teori The False Memory; sebuah terapi psikologi yang membuat kita menciptakan memori seakan memori itu adalah nyata, padahal tidak. Tujuannya macam-macam. Misalnya untuk menghilangkan trauma. Or another insane theory like if there really was a paralel universe, well we never know. Seakan kita memperoleh memori itu dari dunia paralel tersebut. Atau, seperti yang dijelaskan oleh buku ini: otak kita aja yang korslet.
okay, i think itu aja yang menjadi catatanku hari ini. Aku suka banget sama bukunya. Aku menikmati bacaannya banget. Dan nggak pernah menyesal udah pinjam buku ini ke teman. Heheh. Jujur aja, through this book, pemikiranku jadi lebih terbuka lagi. I got a wider opened mind. Segala yang aku catat di sini, hanya secuil dibandingkan banyaknya inspirative stories yang dipaparkan dalam buku. But, yeah... i really want to always remind the contain of this book.
[TENTANG BUKU]
Judul buku:
The Subtle Art of Not Giving A F*ck
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat - Pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik
Penulis: Mark Manson
Award: best seller versi New York Time dan Globe and Mail
Kategori: Self Improvement
Penerbit: Grasindo
Ketebalan: 247 halaman
Enjoy the reading.. see ya.
Comments
Post a Comment