10 Hal yang Mesti Diperhatikan Ketika Menulis Fiksi

Setelah sekian lama aku belajar menulis, akhirnya aku paham, aku mengenal mana tulisan yang oke dan mana yang tidak. Aku bisa membedakan mana penulis yang pintar dan mana yang tidak pintar. Maka dari itu, aku rasa aku bisa share ke orang-orang, hal apa aja sih yang perlu diperhatikan ketika menulis, terutama menulis fiksi. Ini dia aku rangkum semuanya dengan penjelasan super minimalis!

1. Tema
Sebenarnya gak semua penulis peduli dengan tema yang mereka buat. Yang penting ceritanya jadi, setelah jadi barulah kita sadar, dan bisa memastikan tema dari cerita kita yang udah jadi. Makanya biasanya tercampur aduk ceritanya dalam satu cerita. Ada misteri, tapi juga ada drama, misalnya.

Tapi kalau mau ikut lomba menulis fiksi, tema ini sangat-sangat dilihat oleh juri. Kalau kita menulis cerita sebagus apapun, tapi gak sesuai dgn tema yang sudah ditentukan ya gak bakal menang.

2. Ide Cerita
Ini agak krusial. Orang terkadang memikirkan ide itu tidak beraturan. Tidak detail! Mereka mengutarakan ide, tapi secara garis besar saja. Kalau mengerti seni, salah satu syarat karya seni indah adalah mengandung makna di dalam karya tsb. Ada kiasannya. Ini berhubungan sama adegan cerita di poin ketiga nanti. Yang pasti pikirkan ide yang detail dan menarik. Jangan cuma garis besar.

Biasanya ide bisa berupa random muncul secara ajaib dari otak, atau paling gampang ya berasal dari pengalaman.

3. Paragraf Pertama
Well, cinta pada pandangan pertama memang masih mitos. Tapi dalam dunia kepenulisan, menurutku ini penting. Paragraf pertama mesti menarik. Wajib membuat pembacanya penasaran sama cerita yang kita buat!

4. Adegan
Nah, ini hubungannya sama ide cerita. Bikinlah adegan-adegan yang menarik, beda dari yang lain. Kalau biasanya adegan cinta cowok yang menyatakan cinta duluan, maka buatlah adegan ceweknya yang menyatakan cinta duluan. Thinking out of the box! Kalau udah bosan sama bumi, bikin adegan dengan pelataran di bulan, misalnya. Jangan sampai adegan satu dengan yang lainnya tidak berhubungan ya!

5. Penokohan
Menurut aku bikin tokoh juga gak sembarangan. Aku biasanya mikirin tokoh berdasarkan sudut pandang ilmu psikologi. Karena psikologi itu pembelajaran tentang manusia. Misalnya, orang kutu buku yang cenderung introvert, maka di cerita fiksi, kita bisa bikin orang kutu buku dan super genius itu menjadi sosok super popular di lingkungannya!

Selain itu kita juga kadang mesti mikir rasanya jd tokoh tsb. Pilihan apa yg akan kita ambil ketika kita di posisi dia. Orang introvert gak mungkin berani maju ke depan pertama, maka bikin adegan dia jgn maju pertama ketika presentasi. Yup, meski kepribadiannya unik, tapi penulis mesti tetap menunjukan kalau dia introvert, meski dia super popular orangnya.

6. Gaya Penulisan
Bukan gaya bahasa (majas) ya! Gaya penulisan itu aku menganggapnya seperti gaya seseorang ketika menulis. Biasanya gaya menulis seseorang bisa menggambarkan kepribadian si Penulis. Misalnya, jika gaya penulisan dia super singkat, padat, gak bertele-tele, gak banyak adegan spamming, maka ketahuan dia suka nulis cerpen. Ada juga yang gaya menulisanya super manis dan rapi. Ada yang nyastra. Ada juga yang gaya menulisnya ala anak gaul gitu kalau genre komedi. Tapi ada juga meski genre komedi, tapi gaya menulisnya tetap dramatis dan smart. Yang pasti disesuailan dengan jalan ceritanya akan dibuat seperti apa.


7. Sudut Pandang
Untuk penulis pemula, menurutku enaknya pakai sudut pandang orang ketiga. Karena kita bisa kayak dengan bebas menampilkan adegan dimana pun setting-nya. Sedangkan kalau sudut pandang orang pertama kan, cuma bisa jelasin segala sesuatu yang tokoh utamanya tahu, pikirkan, dan rasakan.

Jadi, menurutku perlu dipikirin, kira-kira adegan-adegan yg sedang kita imajinasikan butuh atau tidak untuk digambarkan ke arah sudut pandang tokoh lain, atau cukup lewat tokoh utama aja? Terserah penulis.. btw, sudut pandang orang ketiga maksudku adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu ya.

8. Gaya Bahasa (majas)
Menulis tanpa gaya bahasa itu bagaikan makanan tanpa bumbu. Kurang berasa, kurang sedap! Banyak-banyak baca teori tentang majas! Rajin-rajin baca peribahasa dan puisi karena akan sangat membantu.

9. EYD dan Diksi
Terdengar sepele, memang! Tapi jika ikut lomba menulis, ini sangat SANGAT diperhatikan. Karena kita penulis adalah anak bahasa. Kita menjunjung tinggi bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia. Jangan sampai para linguis sudah ngawur. Kita meski paham dengan kata (diksi) yang ingin kita tulis. Jangan asal menyatukan diksi jadi satu kalimat. Sering-sering buka KBBI.

Terus bikin kalimat yang efektif juga. Satu paragraf biasanya minimal dan maksimal 3- 5 kalimat supaya rapi. Tapi jangan terlalu peduli dengan hal ini juga sih.

Jangan lupa perhatikan tanda baca dan kata sambung. Duh, nggak pengen kan pembacanya pusing sama tulisan kita karena tanda bacanya berantakan.

10. Judul
Bikin judul yang unik, super menarik perhatian. Misalnya dulu aku pernah baca cerpen judulnya "Di Bawah Telapak Kaki Serigala" baru baca judulnya aja udah bikin aku cekikikan. Biasanya sih kalau aku bikin judul yang bikin pembacanya mikir "kok judulnya bisa ini ya? Padahal kan ceritanya begini" boleh dibikin teka-teki sedikit, tapi jangan sampai inti konflik cerita dan judul jadi nggak nyambung satu sama lain ya!

Oke, segitu aja sharing ku hari ini. Semoga bermanfaat!  :D

Comments

Popular Posts