From Summer to Spring - part 2



Jason
Thu, Oct – 10 – 2009
Aku tidak percaya bahwa Caitlin akan setega ini padaku. Dia meninggalkanku sendirian di Festival Thanksgiving saat aku sedang memakan ice cream. Walau sebenarnya tidak benar-benar sendirian, aku bersama Karen. Kami pergi bertiga tadi pagi. Lalu, tiba-tiba saja Caitlin pergi tanpa berbicara apa pun ke kita berdua. Bodohnya, kita tidak menyadari kepergian dia.
Seorang badut secara misterius muncul ke hadapan aku dan Karen. Dia berkata, kami adalah pasangan yang serasi, kemudian dia mengeluarkan trik sulap bodoh-sederhana kepada kami, lalu menyebutkan sebuah ramalan yang isinya, “Kita pantas untuk bersama”. Kami tertawa dengan lelucon itu.
Setelah tiga jam menunggu di tempat yang sama—hingga jam makan siang tiba—Caitlin masih juga belum kembali. Jadi saja aku dan Karen yang makan siang berdua; pulang pun aku berdua dengannya.
Aku sudah menghubungi Caitlin beberapa kali, tapi sama sekali tidak ada jawabannya dari dia.
Sat, Oct – 12 – 2009
Caitlin menyudahi hubungan ini. Ahh!! Aku tidak mengerti pikiran cewek! Apa salahku? Dia dengan mudahnya memutuskan hubungan ini setelah sekian lama dia tidak menghubungiku. Dia berkata bahwa kita tidak cocok; dia tidak merasa nyaman bersamaku; hubungan dia dan Karen tidak berjalan lancar. Kenapa jadi ke Karen?

Karen
Fri, Oct – 18 – 2009
Caitlin sangat konyol. Dia berkata padaku bahwa dia menyudahi hubungannya dengan Jason. Ya, ampun, apalagi yang dia lakukan kali ini setelah meninggalkanku dengan Jason di Festival Thanksgiving itu?
Thu, Oct – 31 – 2009
Ms.Ella menyuruhku untuk menemui Jason sepulang sekolah untuk memberitahukan padanya kalau dia akan mengikuti olimpiade fotografi—aku baru tahu kalau Jason menyukai fotografi. Jadi, aku menemuinya ke stadium basket. Benar! Dia ada di sana. Aku menunggunya beberapa saat. Setelah permainnya selesai, dia menghampiriku.
Dia terlihat senangkarena mendapat kesempatan untuk memanfaatkan kemampuannya itu di bidang fotografi. Aku sempat bertanya padanya, kira-kira apa yang membuat dia tertarik bermain basket, padahal dia bisa mengikuti ekskul fotografi yang sudah merupakan hobinya dari awal. Dia menjawab kalau dia ingin mencoba sesuatu yang baru. Anak-anak ekskul fotografi adalah anak-anak yang pendiam, begitulah katanya. Dia butuh seorang teman yang bisa membawa hidupnya menjadi lebih seru. Aku pikir, dia terlihat lebih keren saat dia memotrait sesuatu daripada melempar bola basket yang terus-menerus memantul.

Jason
Wed, Oct –16 – 2009
Hubunganku dengan Caitlin sudah benar-benar berakhir. Aku menemui dia kemarin di ruang seni tari—tempat dia latihan. Aku menunggunya hingga dia selesai. Tapi, sayangnya dia mengacuhkan kehadiranku. Dia memarahiku, dia berkata kalau aku buta. Aku tidak pernah mengerti. Dia berkata kalau Karen suka padaku. Bukan dia yang selama ini bersamaku; bukan dia yang seharusnya menjadi pacarku, tapi Karen.
Pertama kali aku menemui Karen dan Caitlin di tempat dan waktu yang sama, tapi aku merasa lebih tertarik kepada Caitlin. Dan bodohnya lagi, mereka merupakan sepasang teman, mereka tidak bertemu di tempat itu, entah kenapa. Benar-benar suatu kebetulan yang misterius.
Baiklah, aku tidak mau berlama-lama memikirkan Caitlin seperti ini. Ada urusan lain yang lebih penting yang harus aku tekuni, yaitu olimpiade fotografi. Ms.Ella sudah mengincarku sejak lama, dia mengetahui bahwa aku menyukai fotografi dari data identitasku saat aku mendaftar di sekolah ini. 
Thu, Oct – 31 – 2009
Karen menghampiriku tadi sepulang sekolah hingga aku selesai latihan basket. Dia sangat setia menungguku. Aku jadi merasa tidak enak membiarkan dia menunggu seperti itu. Apakah memang ini yang dia lakukan selama ini? Just like what Caitlin said? Aku memotrait wajahnya saat dia tersenyum di hadapanku. Dia berkata kalau aku terlihat lebih keren saat melakukan fotografi daripada saat aku bermain basket. Dia adalah orang pertama yang berkata aku keren berkat fotografi. Setelah aku lihat kembali hasil fotonya, dia cukup manis juga.
Mon, Nov – 22 –2009
Aku berhasil meraih juara 1 dalam olimpiade fotografi ini. Aku merasa bersyukur akan hal itu. Semua teman-temanku memujiku. Olimpiade ini bukan olimpiade yang pertama, melainkan yang ke sekian kalinya. Tetapi, aku merasa olimpiade ini lah yang sangat bermakna. Aku—ada hal lain yang membuat kesenanganku menjadi berlipat ganda. Selama ini, Karen memberikanku semangat untuk menjalani olimpiade ini. Dia menemaniku menjelajahi objek yang bagus ke mana pun—ke Central Park, Festival Thanksgiving, Bluesky Waterfall, sampai stadium basket sekolah. Dia bahkan memberikanku selamat yang tulus—dia menjabat tanganku. Aku...—dia adalah sosok perempuan yang sangat menyenangkan.

Karen
Sun, Nov – 24 – 2009          
Jason mengajakku ke Bluesky Waterfall. Aku sangat bahagia hari ini. Ada sesuatu yang membuatku tidak menyangka. Kau percaya tidak, Jason menyatakan perasaannya kepadaku. Dia berkata kalau dia mencintaiku lebih dari dia mencintai Caitlin? Entah harus senang atau sedih karena dia berkata seperti itu. Sebab, rupanya semuanya sudah berubah. Aku telah berhasil mengembat hati Jason. Hal ini lah yang selama ini aku tunggu-tunggu. Lelaki yang aku pandangi dari belakang menjadi milikku sekarang. Aku ingat, dia merentangkan tangannya kepadaku saat aku berada di atas batu.Ya ampun!

Jason
Fri, Nov – 29 – 2009
Musim gugur akan segera berakhir. Hubunganku dengan Karen menjadi lebih baik akhir-akhir ini. Dia adalah orang yang tepat. Aku selalu senang saat dia menangkupkan jari-jari tangan kanannya menopang dagu. Aku tidak menyangka, dia adalah orang yang ternyata selama ini aku idamkan.

Karen
Sun, Dec – 15 – 2009
Sepulang sekolah tiba, aku pergi ke toko Wear Veist untuk membeli seperangkat sweater yang dititipkan Mom kepadaku. Menjelang musim dingin, semuanya harus dipersiapkan dari awal. Saat aku sampai di toko itu... kau tidak akan percaya ini, seseorang pemuda yang mengenakan kostum Santa Claus menghampiriku. Dia menyanyikan lagu yang tak kukenal. Lucu sih, maksudnya dia kelihatan lucu dengan baju gempal palsu yang mengembungkan perutnya.
Yang tidak disangka lagi, dia membantuku membawa barang-barang belanjaanku yang segunung ke garasi mobil. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi, lucu, bukan?
Oh, ya, di bulan Desember ini, mungkin aku akan menjadi begitu sibuk. Aku ditawarkan untuk bermain ice skating di sekolahku sebagai pertunjukan drama. Mr.Philips mengetahui bakatku saat aku sedang berada di Mall Evoleon, di sana aku bermain ice skating bersama Mom. Lalu, Mr.Philips takjub melihatku yang lihai bermain ice skating. Aku pikir ini akan menjadi menyenangkan.

Jason
Tue, Dec – 18—2009
Karen memintaku untuk menemaninya ke sebuah toko untuk membeli sepatu ice skating baru karena dia akan tampil dalam acara drama ice skating. Aku sangat malas untuk menemani seorang wanita berbelanja karena akan menyedot waktu sangat lama. Tetapi, dia bilang ini tidak akan lama. Dia akan berbelanja secepat mungkin.
Saat aku menunggu dia di salah satu kursi dekat chasier, dia lama sekali tidak datang. Dia bilang dia ke ruang ganti untuk mencoba beberapa baju yang dia pilih. Aku hampir 2 jam menunggunya. Hal ini membuatku sedikit kecewa.
Sun, Dec – 29 – 2009
Aku tidak mengerti hal apa yang sedang mengelabui Karen. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Bahkan dia tidak menunjukan reaksi apa pun soal drama itu. Maksudku, dia tidak bercerita kejadian apa saja yang ada di drama. Seusai pertunjukan drama pun dia langsung berpamitan pergi dariku tanpa alasan yang jelas--dia berkata ingin segera pulang karena lelah. Dia hanya berkata “Terima kasih sudah mendukungku.”, “Terima kasih sudah mengatarku beli sepatu.” , “Terima kasih  sudah datang ke pertunjukanku.”, dan “Aku minta maaf tidak bisa meluangkan waktu banyak bersamamu karena aku sibuk.”
Semua hal itu tidak masalah bagiku. Namun, ada hal lain yang menjadi masalah untukku, dan aku tidak tahu hal apa itu. Sial!

Karen
Tue, Dec – 18—2009
Aku merasa bersalah kepada Jason, tapi aku merasa senang karena kesalahan itu. Aku telah melakukan kenakalan yang seharusnya tidak aku lakukan. Aku meninggalkan Jason berjam-jam di kursi toko Wear Veist karena aku sedang menemui Andrew, dia adalah Santa Clause yang waktu itu aku ceritakan. Dia adalah orang yang sangat asik. Aku mengobrol berjam-jam dengannya tanpa sepengetahuan Jason, bahkan kita sudah bertukar nomor telepon. Dia juga berjanji akan menonton pertunjukan dramaku nanti. Tidak sabar ingin bertemu dengannya lagi.
Tue, Dec – 24 – 2009
Tadi malam adalah malam yang sangat menakjubkan. Tubuhku dibaluti oleh kostum mirip kostum ballerina—tapi bukan—dan kakiku juga terbungkus oleh stocking putih, rambutku digerai berkelok-kelok. Aku merasa sangat cantik. Penampilanku berjalan sukses. Semua penonton tampaknya puas dengan penampilanku bersama para pemain lainnya.
Dan dan dan... hal yang paling selalu aku ingat adalah... Andrew datang menemuiku, dia menghampiriku ke backstage, lalu dia memuji penampilanku. Oh, aku ingat saat dia mengelus pelan pipi sebelah kananku. Aku ingin terbang, melayang-layang.
Tidak! Bukan cuma itu! Selesai pertunjukan, Andrew menghampiriku lagi ke backstage. Dia mengajakku ke suatu tempat. Dengan segera aku mengganti kostumku dengan baju biasa, dan meminta izin Dad—yang waktu itu menemaniku—untuk bisa pergi. Aku beruntung Dad membolehkanku untuk pergi. Dia percaya dengan Andrew.
Andrew membawaku ke taman salju. Sangat indah, salju putih menumpuk di mana-mana. Kami membuat orang-orangan salju, lempar-lemparan bola salju dan banyak sekali lampu natal berkelap-kelip di sekeliling kami, ini adalah surga. Dia juga memelukku dengan erat—ya ampun, apa yang sedang kulakukan? Kemudian, dia mengatakan tiga kata keramat itu.
Mon, Jan – 6 – 2010
Aku sudah berkali-kali berusaha untuk meminta maaf kepada Jason, namun dia tidak mempedulikanku. Aku tahu aku salah, aku telah menggantungnnya dalam posisi seperti ini dan dia sendiri yang menemukan jawabannya. Aku tidak pernah bercerita apa-apa tentang Andrew karena aku takut.
Jason memergokiku dengan Andrew sedang bersama di halaman rumahku, yang salah adalah kami berpegangan tangan. Jason tidak berkata apa-apa saat melihat pemandangan itu, dia langsung berjalan balik ke mobilnya dengan wajah kaku. Aku menahannya untuk tidak masuk ke mobil. Aku mencoba menjelaskan semuanya saat itu juga. Tapi terlambat. Dia sudah benci padaku dan aku akan menunggu hingga dia akan memaafkanku.

Jason
Tue, Jan – 7 – 2010
Aku merasa seperti orang yang paling bodoh di dunia ini. Aku telah ditipu oleh orang yang selama ini sangat aku percayai. AAHHH!! Aku ingin pergi dari kota ini! Aku tidak ingin tinggal di sini. Setelah lulus nanti, aku akan pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Aku benci Karen.

Karen
Thu, Apr – 16 – 2015
Saat itu aku sedang berjalan di Central Park. Musim semi kali ini terlalu indah untuk digambarkan melalui tulisan. Aku melihat banyak sekali burung-burung yang bernyanyi dan kupu-kupu yang menari mengepakkan sayapnya, serta daun-daun hijau yang segar membuka mataku.
Aku bertemu lagi dengannya. Wajahnya yang masih aku kenali hingga sekarang mampu membuat hatiku terpikat kembali. Senyumnya pun aku belum lupa. Semuanya sudah berubah. Aku melihat dia sedang mengambil gambar pemandangan Central Park itu yang begitu indahnya saat musim semi. Dengan kamera serta lensa fix yang tergantung di leher, mengambil setiap moment yang sedang terjadi di sini. Embun pun bisa juga menjadi objek yang berharga, padahal tidak berarti apa-apa. Entah waktu akan membawa kami ke mana.
Jason
Thu, Apr – 16 – 2015
New York Central Park menjadi objekku kali ini. Aku memfokuskan lensaku kepada sebuah pohon rindang yang menjadi kanopi kursi taman pada saat itu. Seorang perempuan sedang membaca buku di kursi itu. Dia sangat cantik berbalut dengan dress selutut berwarna pink, tidak lama aku tersadar bahwa aku mengenalinya.
Rambutnya yang tergerai panjang berwarna hitam kecokelatan terlihat anggun dari kejauhan. Hasilnya sangat sempurna di kameraku. Aku secara diam-diam mengambil gambarnya. Aku ingin menemuinya, namun terlintas pemikiran skeptis di benakku. Tidak, aku harus menghapus pemikiran itu. Aku menghampirinya dengan segera. Rupanya dia masih mengingatku. Entah musim semi ini akan membawa kami ke mana.

*From Summer to Spring - part 1

Comments

Popular Posts