I'll See You In The Future


Kau tertangkap basah! Begitu batin seorang Detektif yang akhir-akhir ini sedang menyelidiki kasus pencurian berlian milik Nenek Sarah. Berlian itu bernilai sedunia. Berlian legendaris Kerajaan Inggris yang ia dapat dari hasil perlelangan. Tak terhitung berapa pula jumlah harga tepatnya, kira-kira sekitar 10 milyar rupiah. Jumlah yang bukan sepermainan. Setidaknya cukup untuk membiayai hingga tujuh keturunan keluarga. 
Pagi-pagi setelah Detektif melakukan sesi wawancara kepada seluruh anggota rumah, ketika ia dalam perjalanan pulang, ia melihat sesuatu yang ganjil. Di trotoar jalan kota, ada cucu dari Nenek Sarah yang masih berumur 15 tahun. Anak perempuan itu mengenakan seragam sekolah menengah yang masih kinclong. Benar saja, kan, baru tadi Detektif menyaksikan bocah itu bersalaman kepada Neneknya sebelum hendak berangkat sekolah. Matanya melirik ke sana kemari waspada. Ia turun dari bis kota, kemudian melanjutkan perjalanan dengan taksi. Detektif yang diganjal kecurigaan, mengikuti angkutan umum eksklusif itu dari belakang. Sejak pukul delapan pagi dari rumah, setelah turun dari bis kota ke pinggir trotoar jalan, dan kini sebuah taksi menempuh perjalanan jauh berisi penumpang anak perempuan berumur 15 tahun.
Setelah dua jam menempuh perjalanan jauh, akhirnya taksi itu berhenti pada tempat tujuan sesuai perintah penumpangnya. Pemandangan sekitar hanya rumah-rumah sunyi di pinggir jalanan aspal yang mulus. Dedaunan tampak gemar bergelayutan diayun angin. Pemandangan tampak asri. Jarak satu kilometer, Detektif itu mengamati si Anak Perempuan yang tak lama kemudian turun di depan sebuah bangunan eksklusif jauh dari tengah kota; Bangunan eksklusif dengan logo familiar. Detektif tahu betul logo itu, yakni logo dari perusahaan terkenal yang beberapa kali dibacanya lewat surat kabar karena lagi-lagi menggemparkan penduduk dunia. Seorang satpam yang berjaga di gerbang bangunan itu memperlihatkan gestur pencegahan. Artinya, Anak Perempuan itu dilarang masuk.
Anak Perempuan itu bersikeras untuk masuk, namun Satpam Gerbang mencegahnya. Lagi pula, untuk apa membiarkan seorang bocah tanpa pendamping orang tua masuk ke bangunan eksklusif seperti itu? Satpam itu menutup gerbang dan membiarkan Anak Perempuan itu menggerutu kesal. Detektif keluar dari mobil menghampirinya. Ialah pria yang sudah seminggu rutin mengunjungi rumah Anak Perempuan itu, kini menangkap basah sang Pelaku Pencurian.
Kasus pencurian yang membuat Nenek Sarah nyaris serangan jantung, bahkan sering kali menggerutu sendirian di depan Mama yang terkapar di rumah sakit. Semua karena berlian itu. Tidak, semua karena si Maling Berlian itu! Bisa-bisanya si Pencuri mengambil kesempatan untuk menjebol pintu rumah orang sembarangan ketika para anggota rumah sedang jarang berada di rumah. Habisnya, kalau tidak siapa yang akan menjaga Mama di Rumah Sakit? Meski begitu, kehendak Tuhan tetaplah bulat. Mama pergi meninggalkan dunia ini setelah tujuh hari Nenek Sarah memanggil Detektif untuk mencari berlian tersebut.
Detektif itu akhirnya membawa sang Pelaku Pencurian ke apartemennya untuk interogasi pemastian bahwa ia benar-benar pelakunya. Segelintir pertanyaan yang selama ini belum terjawab, atau bahkan belum terbentuk pertanyaannya sama sekali, terungkap sudah. Detektif telah menerima bayaran mahal, maka apa pun akan ia lakukan untuk terkuaknya kasus Nenek Sarah.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
"Bukan urusanmu!" jawab si Anak Perempuan ketus.
"Siapa namamu?"
"Kau bahkan tidak tahu namaku. Lebih baik menyingkir dari jalanku."
Dengan ekspresi datar, Detektif itu mengangkat telepon, ia bersandiwara menelepon Nenek Sarah. "Ya, sepertinya aku melihat cucumu di--" Tepat sebelum Detektif lanjut berterus terang, Anak Perempuan itu segera mencegah Detektif untuk melanjutkan telepon. Dengan bahasa isyarat bibir, yang artinya ia setuju untuk bercerita. "Ah, ya, saya baru ingat bahwa cucumu sedang sekolah. Sepertinya saya salah lihat orang."
Mereka duduk berhadapan di ruang tamu dengan desain elegan dan bersih. Dengan santai layaknya teman, Detektif berusaha untuk mendengar setiap detail ceritanya. "Aku Ola. Jangan lagi lupa. Kau ingat ibuku? Vera Paula? Kau tahu, kan, baru saja kemarin ia meninggal. Nenek pasti sudah bercerita banyak tentangnya kepadamu. Maka..." Ola mengeluarkan secarik kertas lecek dari sakunya. "Ini adalah surat wasiat terakhir yang ditinggalkannya di bawah bantalku."
Surat wasiat yang hanya Ola memahaminya. Ia berusaha membuat Nenek Sarah juga paham, namun ia tidak juga kunjung paham. Keinginan normal yang sepertinya seluruh Ibu di dunia juga menginginkannya. Sejak kecil, Mama yang selalu bahagia melihat Ola tumbuh dewasa. Setiap inchi berisi coretan di tembok, bertandakan seberapa tinggi tubuh Ola sekarang. Mama yang selalu ingin melihat anaknya sukses, bahkan hingga masa depan bersinar terang pada telapak tangan Ola. Akan tetapi, jika Mama meninggal, Mama tidak akan pernah bisa melihat itu semua. Artinya, keinginan Mama tidak kunjung nyata.
Mama akan berkata, "kejarlah cita-citamu," setiap kali Ola hendak berangkat sekolah. Ia duduk dengan tenang di kursi roda. Namun, wajahnya selalu dibingkai oleh senyum. Ola ingin Mama tersenyum ketika melihat Ola sukses nanti. "Perusahaan Cryonic Institute, itu adalah satu-satunya tujuanku agar Mama bisa hidup kembali."
"Di masa depan," tambah Detektif memperjelas.
"Benar."
Salah satu teknologi mutakhir zaman modern tahun 2070 yang telah diterapkan oleh orang-orang menengah atas, yakni teknik pembekuan mayat. Seluruh orang yang telah berhenti detak jantungnya dianggap para ilmuwan dapat diselamatkan sel-selnya agar tetap stabil dengan cara membekukannya. Manusia-manusia sekarat itu akan masuk ke dalam tabung besar, kemudian ditunggu bertahun-tahun lamanya sampai tercipta teknologi baru agar mayat-mayat itu dapat bangkit kembali. Tak ada satu pun yang dapat memastikan apakah teknik ini akan akurat untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Pastinya, ini adalah satu-satunya cara agar Mama bisa bersama Ola lagi. Sekitar 10 tahun ke depan, tepat ketika Ola berumur 25 tahun. Itu adalah usia emas. Tidak ada lagi bermain ke sana kemari mengabaikan mimpi. Ola mesti sukses pada umur itu. Atau, 20 tahun ke depan, atau lebih, dan seterusnya mengikuti alur waktu dunia. Mayat Mama yang dibekukan entah akan berakhir hingga kapan. Ola tidak bisa memastikan, namun berapapun usia Ola ketika Mama bangkit kembali, Ola pasti sudah berhasil.
Keyakinan Detektif, bahwa Ola adalah pencuri berlian itu terasa masuk akal. Biaya untuk pembekuan mayat tidaklah murah. Banyak orang-orang kaya yang menerapkan teknologi ini demi kerabat serta sahabat agar mereka dapat berkumpul kembali. Mereka adalah orang kaya, sedangkan Ola hanya tergantung pada Neneknya yang kaya--dan juga tidak mau membekukan mayat Mama ketika meninggal. Detektif itu menyeringai setelah mendengar pengakuan Ola. Bukan karena bahagia karena sang Pencuri telah tertangkap basah, namun tidak habis pikir mengenai tujuan sang Pencuri mengambil berlian tersebut.
"Baiklah, saya akan menolongmu untuk membekukan mayat Ibu Vera."
Selanjutnya Ola dan Detektif itu mengunjungi kembali Cryonic Institute. Segala prosedur dijalani oleh Ola dan Detektif itu. Bantuan yang diperbuat oleh Detektif untuk Ola semata-mata tidaklah secara sukarela. Pada akhirnya, Ola mesti membagi uang hasil curiannya kepada Detektif. Ia membayar lebih besar daripada bayaran Nenek Sarah. Kemudian, Detektif itu akan mereplika berlian Nenek Sarah, maka Nenek Sarah akan bahagia mengetahui bahwa kasus pencurian berlian telah berakhir.
Mayat Mama sudah beku di dalam tabung cryonic. Kini saatnya bagi Ola untuk menunggu masa yang akan datang hingga Mama bangkit kembali. Selama bertahun-tahun pula, ia menjalani hidup demi menggapai mimpinya. Ia akan melanjutkan sekolah, bekerja membangun karir, memiliki kekasih, dan tinggal di rumah besar bersama keluarganya. Meski begitu, dia tetap harus memiliki uang untuk membayar angsuran setiap bulan dalam proses penerapan pembekuan mayat Mama. Kalau tidak, kontraknya akan dicabut. Ia masih percaya diri bahwa Mama akan bangun suatu hari nanti. Dia akan bersama Mama lagi, dan Mama akan hidup bahagia dalam kemewahan.
Lima puluh tahun berlalu. Ola bukanlah seorang wanita atau remaja yang rupawan lagi. Wajahnya mulai timbul pengeriputan. Kulitnya loyo jatuh seperti hendak meleleh. Usianya kini 75 tahun. Pada usia itu pula tersiar kabar, bahwa telah ditemukan teknologi canggih untuk membangkitkan para mayat dalam cryonic. Para wartawan ramai memadati perusahaan Cryonic Institute. Para keluarga sukses telah menunggu kehadiaran orang yang dicintai. Tidak sedikit pula yang menangis hebat setelah mendengar tayangan berita ini di televisi maupun media cetak. Ola yang sudah menerima jadwal pemulangan Mama juga segera pergi ke laboratorium pembekuan mayat. 
Ola memasuki ruang sterilisasi untuk menemui Mama. Hari itu adalah hari terakhir menjalani tahap terakhir dalam proses pembekuan Mama. Ola mengintip dari jendela pada pintu, di sana terlihat Mama sedang tidur terlentang di atas bongkahan es berukuran manusia. Perlahan es cryonic itu mencair. Tabung berbentuk silinder yang membungkus tubuh Mama juga sudah dibuka. Seorang ilmuwan mengotak-ngatik layar monitor dengan jari-jarinya di samping Mama. Lima jam berlalu, Mama pada akhirnya terjaga. Ilmuwan itu memeriksanya dengan stetoskop, senter mini, dan alat lainnya yang tidak diketahui oleh Ola. Mama dalam posisi duduk dengan pandangan kosong. Ilmuwan itu kemudian menghampiri Ola, dan mempersilakannya menemui Mama.
Kedua mata Ola berkaca-kaca. Bibirnya bergetar. Ia kemudian berkata dengan lirih, "Mama."
Mama masih dengan pandangan kosong, lalu melihat ke wajah Ola berkata, "Kamu siapa?"

Comments

Popular Posts